harga motor naik 3%

JAKARTA - Kamar dagang dan industri (Kadin) Indonesia memperkirakan harga mobil dan sepeda motor pada tahun ini bakal melonjak minimal 3 persen.

Hal tersebut menurut kadin disebabkan oleh adanya penguatan nilai tukar yen Jepang hingga 30 persen dan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat.

"Dari model dan merek (kenaikannya) tidak bisa disamakan tetapi perkiraan saya (kenaikan) 3 persen minimal harus ada," ujar Ketua Komite Tetap Bidang Industri Kadin Gunadi Sindhuwinata saat ditemui ketika menghadiri pertemuan antara Kadin dengan pejabat Depkeu, di kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (6/1/2009).

Menurut Gunadi, krisis finansial global saat ini berefek ganda terhadap industri kendaraan bermotor nasional. Yakni, terpukul secara psikologis karena diperkirakan pasar kendaraan bermotor akan turun 30 persen pada tahun ini dan menghambat daya saing industri kendaraan bermotor nasional lantaran melambungnya harga bahan baku sepeda motor dan mobil.

Kendati demikian, Gunadi optimistis stimulus yang diberikan oleh pemerintah dapat membantu menaikkan daya saing produk nasional. Pasalnya, bea masuk atas bahan baku dan komponen industri automotif sudah diputuskan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. "Kalau bahan baku lebih murah, daya saing bisa naik," ujarnya.

Lebih lanjut, Gunadi mengatakan penanggungan bea masuk ini juga akan membantu meningkatkan produktivitas industri kendaraan bermotor nasional. Sehingga harapannya bisa menekan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor automotif.

Meski demikian, Presiden Direktur PT Indomobil Sukses Internasional Tbk tersebut menilai perlu adanya sokongan finansial lain dari pemerintah untuk memperkuat kondisi pasar automotif. "Di automotif kelancaran pasar tergantung financial support," terang dia.

Total penjualan kendaraan bermotor tahun ini ditargetkan sebesar 400.000 unit, turun dari realisasi 2008 yang sebesar 602.000 unit. Adapun eskpor ditargetkan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu karena kondisi negara tujuan penjualan produk Indonesia tidak terkena dampak krisis keuangan global. "Tujuan kita seperti Timur Tengah dan Afrika Selatan. Kita tidak mengekspor ke AS juga Jepang," kata dia.
(ton) Read More… Read More…